Kamis, 28 April 2016

ASAL  USUL MARGA DALIMUNTHE
Sekilas Mengenai Sejarah/Asal-usul Munthe
Tidak kenal maka tidak sayang. Kalimat tersebut merupakan ungkapan klise yang dapat diartikan bahwa apabila kita ingin menyayangi seseorang atau sesuatu, kita perlu mengenal secara mendalam mengenai seseorang atau sesuatu tersebut. Ungkapan tersebut dapat pula kita terapkan untuk menyayangi marga kita, Munthe. Untuk dapat lebih menyayangi marga Munthe maka para pinompar Munthe harus lebih memahami sejarah atau asal usul dari marga kita tersebut.
Membahas masalah asal-usul suatu marga bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan apalagi jika dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki pendidikan formal mengenai sejarah. Hal inipun terjadi dalam membahas asal-usul marga Munthe. Menyadari sulitnya mengetahui asal-usul marga Munthe ini                    
Walaupun secara ilmilah belum dapat diuji kebenarannya, beberapa pinompar Munthe mempunyai semacam sejarah keluarganya yang diceritakan secara turun temurun. Sejarah/ asal-usul Munthe yang berasal dari cerita turun-menurun inilah yang akan penulis coba untuk publikasikan. Berdasarkan Buku Kenangan Marga Munthe yang diterbitkan bertepatan dengan ulang tahun ketiga Forum Komunikasi Marga Munthe Indonesia (FKMMI), diketahui bahwa pada marga Munthe yang ada di Indonesia terdiri dari 9 (sembilan) puak atau daerah. Masing-masing puak atau daerah tersebut adalah:
1. Marga Munthe dari Puak Tongging-Sipitunihuta
2. Marga Ginting Munthe dari Puak Karo
3. Marga Munthe dari Puak Dolok Sanggul
4. Marga Munthe dari Puak Toba
5. Marga Dalimunthe dari Puak Angkola dan Mandailing
6. Marga Munthe dan Dalimunthe dari Puak Labuan Batu
7. Marga Saragih Munthe dari Puak Simalungung
8. Marga Munthe dari Puak Gayo Lut dan Luwes Alas
9. Marga Munthe dari Puak Dairi
Pada buku tersebut masing-masing Puak telah mempublikasikan asal usulnya. Namun demikian, baru asal-usul dari 4 (empat) puak yang akan dibahas saat ini, yaitu Puak Simalungun, Puak Toba, Puak Dolok Sanggul, dan Puak Angkola-Mandailing. Menurut buku tersebut, marga Munthe dikeempat puak ini merupakan keturunan dari Naiambaton (Tn. Sorbadijulu). Namun uniknya, marga Munthe dari Puak Dolok Sanggul merupakan keturunan dari Anak Naiambaton yang bernama Tamba Tua sedangkan marga Munthe dari Puak Simalungun dan Puak Toba merupakan keturunan dari Anak Naiambaton yang bernama Munthe Tua. Hal lain lain yang perlu diperhatikan adalah menurut sejarah Puak Dolok Sanggul anak dari Naiambaton ada empat orang, yaitu Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua, dan Munthe Tua. Sedangkan menurut sejarak Puak Simalungun dan Puak Toba, selain keempat orang tersebut masih ada satu lagi anak Naiambaton, yaitu Nahampun Tua. Adapun untuk Puak Angkola-Mandailing, walalupun mereka merupakan keturunan dari Anak Naiambaton yang bernama Munthe Tua tetapi sejarah mereka sedikit berbeda dengan Puak Simalungun dan Puak Toba. Menurut sejarah Puak ini, Munthe Tua mempunyai tiga orang anak, yaitu Ompu Sangap Di Langit, Pariuk Binu Durian, dan Baruang Sodoppahon. Kemudian, Baruang Sodoppahon mempunyai anak yang bernama Ompu Jelak Maribur atau Jolak Maribu, yang mempunyai anak bernama Si Udan Potir. Adapun menurut sejarah dari Puak Simalungun dan Puak Toba, Munthe Tua mempunyai dua orang anak yang bernama Ompu Jelak Karo dan Ompu Jelak Maribur. Selanjutnya Ompu Jelak Karo merupakan nenek moyang dari Puak Simalungun dan Ompu Jelak Maribur merupakan nenek moyang dari Puak Toba. Perbedaan-perbedaan sejarah seperti ini sangat sensitif untuk dibahas oleh sebab itu diperlukan adanya data yang akurat, kejernihan pikiran dan kebesaran jiwa dari masing-masing pihak untuk membahas lebih mendalam. Terkait dengan hal ini, penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca yanPARNA adalah singkatan dari Parsadaan Nai Ambaton (lazim juga disebut sebagai Pomparan ni si Raja Naiambaton) yaitu kumpulan marga yang merupakan keturunan dari Nai Ambaton.
Siapakah Nai Ambaton ini? Untuk mengetahuinya mari kita melihat ke sejarah mula-mula Si Raja Batak.Si Raja Batak memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Guru Tateabulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut. Guru Tateabulan memiliki 5 anak laki-laki dan juga 3 anak perempuan, yaitu Siboru Pareme, Siboru Anting Sabungan, Siboru Biding Laut. Raja Isumbaon memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Tuan Sorimangaraja, Raja Asi-asi dan Sangkar Somalidang.

Tuan Sorimangaraja kemudian memperistri 3 orang, yaitu:
1) Siboru Anting Sabungan (disebut juga Siboru Paromas)
2) Siboru Biding Laut, adik Siboru Anting Sabungan
3) Siboru Sanggul Haomasan
Anak pertama Tuan Sorimangaraja dari Siboru Anting Sabungan dinamai Si Ambaton atau Tuan Sorbadijulu. Dari sinilah nama Nai Ambaton berasal (nai = ibu, Ambaton = nama anaknya, Nai Ambaton = ibunya si Ambaton). Konon Nai Ambaton ini berpesan kepada anaknya Si Ambaton untuk menjaga persatuan keturunannya.
“Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru”. Kalimat ini sulit diterjemahkan secara tepat dalam bahasa Indonesia tetapi kira-kira maksudnya adalah bahwa semua keturunan Raja Naiambaton adalah satu putra-satu putri (dianggap sebagai satu saudara). Begitu eratnya persaudaraan itu seolah-olah antar kakak dan adik kandung, meskipun hubungan darahnya sudah jauh.
Karena dianggap sebagai satu saudara, putra-putri keturunan Nai Ambaton tidak boleh menikah satu dengan yang lain. Hingga hari ini, terasa canggung bahkan tabu untuk saling mengawini di dalam marga-marga Parna. Jika sampai ada yang menikah, bisa dipastikan pasangan ini akan menjadi bahan gunjingan dan cercaan. Kerap kali mereka dikucilkan –atau mengucilkan diri– dari acara-acara adat.
Untuk mencegah perasaan senang telanjur timbul di antara dua muda-mudi yang pantang saling menikahi, disarankan untuk menanyakan marga segera setelah berkenalan. Menanyakan marga dan kampung asal ini merupakan satu topik “ice breaking” yang baku dalam percakapan dua orang Batak, baik sesama maupun lawan jenis. Semacam ritual untuk “positioning” atau “alignment.”
Terkadang salah satu pihak menggunakan sub marga yang tidak umum dikenal sehingga tidak diketahui bahwa mereka memiliki hubungan kekerabatan. Teman, orang tua atau kerabat yang mengetahui hal ini berkewajiban untuk segera memberitahukan. Karena sudah menjadi norma yang dipahami bersama, orang yang ditegur pun tidak boleh marah kepada yang menegur.
Dan mudah-mudahan dapat lebih menyempurnakan studi mengenai sejarah marga Munthe
                            
Dalimunthe Labuhanbatu
Dalimunthe di labuhanbatu berasal dari munthe yang perkembangannya dari puak Toba dan perlu dijelaskan sebelum kelabuhanbatu sesuai dengan inporman yang dapat dipercaya anak dari munthe yang ada di daerah Toba ada 5 orang;
1.Yang paling tua tetap tinggal di Daerah Toba.(tetap munte
2.Yang kedua pergike Labuhanbatu yaitu Poldung (menjadi munthe poldung)
3.Yangke tiga Pergi ke Tanah Karo menjadi (Ginting munthe)
4.Yangke empat pergi ke Tapanuli selatan sigalangan (menjadi munthe Sigalangan)
5.Yang ke lima pergi ke asahan ( punu tidak ada keturunan)
Keturunan dari Munthe Poldung dilabuhanbatu mempunyai anak 4 orang.
1.     Yang pertama tetap tinggal di Poldung
2.     Yangkedua  pergi ke Napompar kec.Naix-x  menjadi (munthe napompar)
3.     Yangketiga pergi kelabuhan jurung Rantauprapat
4.     Yang ke empat pergi ke Siborangan  Hulu sungai bilah dan keturunannya berkembang ke Sopolongat.

Perubahan nama Munthe menjadi Dalimunthe
Munthe yang membuka huta (kampung ) Labuhanjurung namanya RAJA SATIA menurut penelitian /wawancara yang dilakukan beberapa tokoh ada 2 pendapat.
1.Menurut keturunan Dari podung bahwa munthe yang ada di rantauprapat adalah munthe yang merantau ke tanah Deli menjadi dalimunthe karena pada jaman dahulu oprg belum menguasai wilayah poldung masih dianggap bagian dari Toba.
2.Munthe yang ada dilabuhan jurung adalah seorang petani kacang Panjang yang bahasa tapanuli kacang dali sehingga orang orang menyebut munthe dali.
Kedua pendapat inilah yang berubah menjadi Dalimunthe

Perkembangan Dalimunthe di Rantauprapat
Keturunan atau anak dari Raja Satia yang masih mata pencahariannya bercocok tanam Kacang Dali sampai menyeberang sungai Bilah yang disebut Siringa ringa (saat ini siringo ringo) arti ringa ringa adalah gema dari panggilan suara bila kita memanggil seseorang dipinggir sungai ke seberang suara itu akan bergema.Dan lama kelamaan mereka membuka suatu kampung lagi di Siringa ringa .
Perkembangan jaman ke jaman keturunan dari munthe siringoringo berkembang terus hingga saat ini masih tetap menggunakan gelar Raja. Yang antara lain Raja Saljuddin Dalimunthe,Raja Julpikarsah Dalimunthe, yang selanjutnya perkembangan Dalimunthe Siringo ringo menyebarke Bakaranbatu dan ke Tebing Linggahara.





4 komentar:

  1. Sampai saat ini saya tdk tahu ujung silsilah saya pak, bsa kah bapak menjelaskannya. Ini silsilah saya.
    Nama saya Agus Salim Dalimunthe Bin Ishak Dalimunthe Bin Raja Hindustan Dalimnlunthe Bin Raja uteh/Utte. Pertanyaan saya ayah Raja uteh/utte siapa pak ???

    BalasHapus
  2. Kebetulan istri saya boru munthe poldung dan ayah nya bernama satia muda munthe jg. saya sudah tau asal usul marga istri saya. Trmksh

    BalasHapus
  3. Bolehkah saya meminta email atau kontak yg bisa dihubungi terkait silsilah marga ini pak? 🙏 untuk keperluan skripsi saya🙏

    BalasHapus
  4. Gaming of the land - AprCasino
    In-depth review of the gambling market and where to play and the latest innovations. The 카지노 사이트 추천 best online casinos with live dealers and jackpots! Rating: 4.9 · ‎14 votes

    BalasHapus